Kamis, 05 Juli 2012

membantu klien dengan ego state teraphy

Membantu Klien dengan Ego State Therapy
Sunday, 05 June 2011 17:38 Ir. Mei Hendra Darma MM, CHt
  
Banyak klien yang datang ke klinik saya, takut menjalani therapy pada awalnya terlebih Hypnotherapy yang di benak mereka seakan-akan akan diinterogasi seperti Uya Kuya. Mereka takut rahasia mereka terbongkar dan sebagainya. Anda bisa baca artikel saya yang lain mengenai FAQ Hypnotherapy di blog ini jika masih takut dan belum paham apa itu Hypnotherapy. Dalam kesempatan ini saya ingin memberikan pemahaman sebuah teknik Therapy yang lain yang saya sebut sebagai Ego State Therapy. Apa sebenarnya Ego State Therapy itu??

Ego State adalah bagian dari diri kita yang aktif atau mengendalikan diri kita pada suatu saat tertentu. Ego State adalah sebuah sistem perilaku dan pengalaman yang terorganisir yang elemen-elemennya saling terhubung melalui beberapa prinsip yang sama tetapi saling dipisahkan oleh batas-batas yang dapat ditembus hingga derajat kedalaman dan fleksibilitas tertentu.

Ego State terbentuk oleh 3 hal, pertama melalui normal differentiation contohnya anak belajar membedakan satu hal dengan yang lainnya. Kedua adalah introject yaitu figur yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang yang disimpan di dalam memory/mental/pikiran bawah sadar orang tersebut. Ketiga dibentuk dari bagian diri akibat pengalaman traumatik, yang mengalami pengulangan.

Normal Ego State adalah Ego State yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan Ego State lainnya, sedangkan Alter adalah Ego State yang jalinan komunikasinya sangat buruk atau terputus dengan Ego State lainnya. Ego State yang berfungsi normal mempuyai peran yang konstruktif demi kemajuan Ego State lainnya dan juga si individu. Vaded Ego State adalah Ego State yg tidak bisa menjalankan fungsinya karena mengalami trauma atau pengalaman negatif. Untuk berfungsi normal kemabli maka Ego State ini harus ditampilkan sehingga emosi yg berhubungan dengan trauma yg ia alami dpat diproses secara tuntas.

Retro Ego State adalah Ego State yg men jalankan peran lama yg bertentangan dengan Ego State lainnya atau tdk mendukung kemajuan individu, biasanya memunculkan simtom berupa marah tak terkendali, kebiasaan berbohong atau gejala psikosomatis.

Conflict Ego State adalah Ego State yg saling bertentangan dengan Ego State lainnya, contohnya seseorang yang ingin melakukan sesuatu tetapi mendapat pertentangan dari dalam dirinya. Nah kalo sdh akut bisa masuk yang namanya Malevolent Ego State yang bersifat keras, ganas dan bahkan bisa sangat kejam baik terhadap Ego State lain, diri individu maupun orang lain. Ego State ini biasanya membuat seseorang menyiksa dirinya sendiri bahkan bertindak untuk bunuh diri.

Saya pernah menangani seorang klien wanita (seorang ibu) yang merasa tidak bersemangat, tidak ada gairah di dlm hidupnya dan ingin mati saja. Saat kita lakukan Ego State Therapy ternyata di dalam dirinya ada Introject kerinduan akan ibunya, karena sejak kecil masih 3 tahun klien saya ini ditinggal mati ibunya. Maka dengan teknik khusus Introject ibu yang sudah meninggal ini dihadirkan dan diajak berdialog dengan Ego State Klien yang bermasalah. Semua emosi terpendam diselesaikan sampai tuntas. Setelah Ego State ingin mati tadi terpuaskan dengan komunikasi dengan Introjectnya, maka kita minta Ego State yang lain di dalam diri Klien saya yang positif dan bersedia membantu dihadirkan untuk menyayangi dan melindungi Ego State yang bermasalah. Dan digantikan peran dan tugasnya oleh Ego State yang lain sehingga menjadi bersemangat menjalani sisa hidupnya.

Dengan tampahan empowering akhirnya Klien ini bisa sembuh dan menemukan semangat dalam hidupnya.

Ego State Therapy memberikan manfaat terapeutik yang sungguh luar biasa, dalam praktek saya sebagai Mind Therapist, Hypnotherapist dan juga Mental Motivator dengan menggunakan Ego State Therapy alhamdulillah saya bisa membantu masalah klien seperti : phobia, trauma, tidak percaya diri, kesulitan diet, insomnia, migraine, masalah seks, stress, kecemasan, depresi, takut bicara di depan umum, konflik diri, psikosomatis, perilaku adiktif, prestasi rendah dll

phobia

Fobia adalah ketakutan terhadap suatu situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan. Berdasarkan DSM-IV-TR gejala dari fobia adalah (1) Ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek atau situasi; (2) Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens; (3) Orang tersebut menyadari ketakutannya tidak realistis; (4) Objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.

Dalam penanganan penderita fobia, penderita tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri sehingga haruslah dibantu oleh terapis yang kompeten dibidangnya. Salah satu teknik Therapy yang bisa membantu penyembuhan penderita Fobia adalah dengan menggunakan Ego State Therapy.

Teknik Ego State Therapy ini sangat powerful dalam menyembuhkan penderita Fobia, dan telah teruji dengan banyaknya klien yang berhasil sembuh dan normal kembali dalam menjalani hidupnya dan terbebas dari ketakutan yang tidak beralasan.

Fobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Lebih ringkasnya fobia ini disebabkan oleh obyek atau situasi spesifik. DSM-IV-TR membagi fobia berdasarkan sumber ketakutannya: darah, cedera, dan penyuntikan, situasi (seperti pesawat terbang, lift, ruang tertutup), binatang, dan lingkungan alami (seperti ketinggian, air)

Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. individu yang mengalami fobia sosial biasanya menghindari situasi yang membuat dia merasa dievaluasi, mengalami kecemasan, atau melakukan perilaku yang tidak seharusnya.

Langkah-langkah Ego State Therapy adalah dengan memunculkan Ego State atau emosi perasaan takut klien terhadap obyek tertentu tersebut. Kemudian Ego State atau perasaan tersebut diajak berdialog untuk mengekspresikan, meremove dan melakukan proses relief terhadap penyebab takutnya. Selanjutnya dipanggil emosi atau perasaan lain di diri klien yang bersedia membantu untuk melindungi, meyanyangi dan mensupport Ego State yang "takut" tersebut demi kebaikan klien.

Pada saat perasaan takut ini membaik, maka perasaan atau Ego State yang ada diberikan nama lain seiring dengan perubahan yang dialami misalnya rasa berani, damai dsb. Kemudian dilakukan proses Future Pacing dimana klien diajak berimajinasi mengenai keadaan yang ditakutkan dan biasanya klien merespon biasa saja tanpa takut lagi.

Pada intinya proses penyembuhan Ego State Therapy bagi klien Fobia dilakukan oleh Ego State Klien sendiri dibantu oleh Therapist yang berpengalaman tentunya. Therapist hanyalah fasilatator, kesembuhan ada di dalam diri klien sendiri dengan dialog yang tepat antar Ego State atau emosi perasaan di dalam diri klien.

Ego State Therapy

Ego-negara terapi

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Ego-negara terapi adalah psikodinamik pendekatan untuk mengobati berbagai perilaku dan kognitif masalah dalam seseorang. Menggunakan teknik yang umum dalam kelompok dan terapi keluarga , tetapi dengan pasien individu, untuk menyelesaikan konflik yang terwujud dalam sebuah "keluarga diri" dalam satu individu.
Berbeda ego negara - dalam pengertian yang paling ketat - biasanya tidak mengembangkan kecuali dalam kasus gangguan kepribadian ganda . Namun, ego terapi negara mengidentifikasi dan menamai aspek kepribadian pasien, misalnya, "anak yang ketakutan" atau " gila kontrol ". Setelah karakteristik dan fungsi dari setiap negara ego diidentifikasi, terapis menggunakan berbagaipsikoterapi teknik (misalnya perilaku, kognitif, analitik, atau terapi humanistik) untuk mencapai semacam diplomasi internal. Ego negara dapat menggunakan terapi hipnosis , namun tidak selalu diperlukan untuk melakukannya. Ego terapi negara kadang-kadang bisa menyelesaikan masalah psikodinamik kompleks relatif cepat.
Konsep segmentasi kepribadian telah ada selama bertahun-tahun. Penciptaan ego-negara terapi tersebut diberikan untuk John G. Watkins .
[ sunting ]Proses Psikologis

Dalam perkembangan kepribadian manusia , ada dua proses yang penting: integrasi dan diferensiasi. Melalui integrasi seseorang belajar untuk menempatkan konsep bersama-sama, sepertikemeja dan sepasang celana panjang , untuk membangun unit lebih rumit yang dikenal sebagai pakaian. Dengan diferensiasi orang yang memisahkan konsep umum ke dalam makna tertentu, seperti perbedaan antara baju yang nyaman dan kemeja tidak nyaman. Diferensiasi tersebut memungkinkan manusia untuk mengalami satu set perilaku dalam situasi yang berbeda yang lain.
Proses psikologis tidak ada pada salah satu / atau dasar. Hal-hal seperti suasana hati dan emosi seperti depresi , kecemasan , dan ketakutan ada di sebuah kontinum dengan berbeda derajat intensitas. Ini adalah sama dengan diferensiasi-disosiasi. Gangguan seperti gangguan kepribadian ganda sering di ujung ekstrim dari kontinum yang diawali dengan diferensiasi normal. Ini adalah masalah intensitas. Oleh karena itu, prinsip umum pembentukan kepribadian di mana proses pemisahan telah menghasilkan segmen diskrit, disebut ego negara, dengan batas-batas yang lebih atau kurang permeabel.
Ego negara ada sebagai kumpulan persepsi , kognisi dan mempengaruhi dalam kelompok terorganisir. Keadaan ego dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terorganisir dari perilaku dan pengalaman, yang unsur-unsurnya terikat oleh prinsip umum. Ketika salah satu dari negara-negara ini diinvestasikan dengan ego energi , menjadi "diri" di sini dan sekarang. Negara ini adalah eksekutif dan pengalaman negara-negara lain yang kemudian diinvestasikan dengan energi objek .
Ego negara bervariasi dalam volume mereka. Sebuah negara ego besar dapat mencakup semua perilaku berbagai diaktifkan dalam pekerjaan seseorang. Sebuah negara kecil ego adalah perilaku satu pengalaman dalam tindakan sederhana, seperti menggunakan ponsel . Mereka dapat mewakili mode saat ini perilaku dan pengalaman atau, seperti dengan hipnotis regresi usia , termasuk banyak kenangan, bentuk tubuh, perasaan, dll yang tampaknya belajar pada usia lebih dini. Mereka dapat diatur dalam dimensi yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah negara ego dapat dibangun sekitar usia 10. Satu lagi mungkin merupakan pola perilaku ke arah ayah atau figur otoritas dan dengan demikian tumpang tindih dengan pengalaman dari usia 10. Perilaku untuk mencapai tujuan yang sama mungkin unik yang berbeda dari satu negara ego yang lain, terutama dalam kepribadian ganda benar.
[ sunting ]Hypnosis
Hipnosis adalah proses untuk membantu fokus dan disosiasi. Melalui hipnosis, terapis dapat fokus pada keadaan ego tunggal atau segmen kepribadian dan memisahkan bagian lain. Banyak praktisi saat ini menghipnosis mengaktifkan ego rahasia negara dan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan lain kepribadian ganda. [ rujukan? ] Meskipun kepribadian ganda biasanya dipelajari melalui hipnosis, mereka harus didiagnosis hanya bila status ego dapat menjadi terbuka secara spontan dan ketika kepribadian utama umumnya amnesia dengan apa yang terjadi ketika alter adalah terbuka dan eksekutif. Ketika keadaan ego rahasia dapat didorong untuk muncul hanya melalui hipnosis, kita tidak menganggap ini sebagai kepribadian ganda yang benar, dan tidak harus didiagnosis. Ego negara biasanya ditemukan melalui relawan mahasiswa untuk studi hipnosis. [ rujukan? ] Karena hypnosis merupakan bentuk disosiasi, tidak mengherankan untuk menemukan bahwa subjek hipnosis yang baik sering memanifestasikan menyatakan rahasia ego dalam kepribadian mereka tanpa sakit mental. [ rujukan?

Bahasa Tubuh

NAMA :SUMIATI
NPM : 111 0500 149
KELAS :IV E
MATKUL: MODEL MODEL KONSELING I
BAHASA TUBUH YANG PERLU DIPAHAMI OLEH KONSELOR DALAM PROSES KONSELING

         Sebagai Guru BK kita akan selalu melaksanakan layanan konseling, baik itu konseling kelompok maupun perorangan.Dalam pelaksanaan konseling kecuali kita menggunakan teknik pendekatan konseling tertentu yang harus disesuaikan dengan masalah dan pribadi klien, kita juga harus ,mampu memahami bahasa tubuh klien selama proses konseling berjalan.
Bahasa tubuh yang dinampakan oleh klien akan sangat membantu konselor untuk lebih memahami klien, serta memberikan umpan balik yang tepat pada klien.

        Pengertian Bahasa Tubuh.

Bahasa Tubuh : adalah semua gerakan, ekspresi, sikap tubuh, cara duduk serta semua gerakan tubuh dan yang tidak berujud kata kata / non verbal yang nampak dan dapat diamati selama proses konseling berjalan.

Bahasa tubuh ini dapat diamati langsung oleh konselor, selama proses konseling klien secara sadar maupun tidak sadar akan menampakan bahasa tubuh melalaui ekspresi , sikap duduk, gerakan gerakan anggota tubuh yang lain, sadar atapun tidak menyadarinya melalui bahasa tubuh ini klien ingin menginformasikan sesuatu.

Pentingnya Bahasa Tubuh untuk dipahami oleh Konselor.

Konselor perlu memahami bahasa tubuh klien selama proses konseling berlangsung karena:

1. Bahasa tubuh merupakan suatu alat komunikasi yang tidak kalah pentingnya dengan komunikasi yang berbentuk kalimat/ verbal.Bahasa tubuh merupakan alat komunikasi yang paling awal digunakan manusia sewaktu manusia belum mampu menggunakan bahasa verbal, pada bayi dapat kita amati hal itu.
2. Kecuali lewat bahasa verbal klien juga mengkomunikasi apa yang dirasakannya lewat bahasa tubuh, ini disebabakan ada hal hal tartentu yang tidak dapat disampaikan klien / konseli lewat bahasa verbal.
3. Sering terjadi pada awal awal, konseling klien belum mampu bersikap terbuka dan terus terang pada konselor, sehingga komunikasi yang dinampakannya lewat bahasa tubuh.
4. Ada hal hal tertentu, terutama yang bersikap enosional serta pengalaman yang menyakitkan yang membuat luka yang bersifat traumatis tidak mampu dikomunikasikan oleh klien lewat bahasa verbal, karena hal itulah konselor sebaiknya berusaha untuk memahami bahasa tubuh klien agar proses konseling berhasil membantu kl;ien.
5. Bahasa Tubuh bersifat lebih jujur dibandingkan dengan bahasa verbal. Karena alasan tertentu atau perasaan malu dalam bahasa verbal klien dapat ber pura pura serta berbohong dalam menyampaikan informasi, tetapi lewat bahasa tubuh apa yang dinampakan oleh klien pada umumnya adalah jujur sesuia dengan apa yang dipikirkann dan dirasakannya.
6. Banyak hal yang tidak dapat tersampaikan lewat bahasa verbal maka akan dikomunikasikan lewat bahasa tubuh, demikian pula yang ajan dilakukan klien selama proses konseling,mungkin ada hal hal tertentu yang disampaikan lewat bahasa tubuh, oleh karena itu konselor perlu memahami bahasa tubuh klien.

         Berbagai macam bahasa.

    Pada hakikatnya bahasa tubuh manusia tidak terlepas/ berdiri sendiri ataupun terlepas dari bahasa verbal. Bahasa tubuh menyatu dengan bahasa verbal itu sendiri maksudnya adalah dalam berkomunikasi lewat bahasa verbal akan disertai pula dengan bahasa tubuh/ bahasa non verbal.
Meskipun begitu bahasa tubuh juga dapat digunakan secara terpisah dari bahasa verbal, bahasa tubuh mewakili bahasa verbal.Contoh sederhana :orang yang sedang jengkel menunjukan ekspresi muka masam mulut terkatup rapat, tanpa mengucapkan sepatah katapun orang lain yang melihat akan mengetahui kalau orang tsb sedang jengkel.

    Macam macam Bahasa Tubuh.

1. Bahasa tubuh lewat Ekspresi wajah/ mimik wajah.
Yang dapat diamati langsung meskipun tanpa ada kalimat yaitu:
Ekspresi wajah marah, mata melotot , muka merah, gigi rapat dsb,
wajah murung, wajah jengkel, cemberut , wajah bosan dsb.
2. Gerakan isyarat dari tangan dan telapak tangan.ini berhubungan dengan rasa suka dan tidak suka, akrab dan tdk akrab/ penerimaan pada orang lain. contoh, orang akan bertepuk tangan jika senang, orang akan bertopang dagu jika ada masalah atau sedang ada pikiran yang berat.
3.Jarak, pengambilan jarak dengan orang lain/ zona antara dirinya dan orang lain.Jika sudah merasa dekat dengan seseorang maka akan mendekat, semakin dekat jarak yang diambil maka semakin dekat pula rasa dan hubungannya dengan orang tsb.
4. Isyarat mata, dan sinar mata. mata adalah jendela hati, jika seseorang sedih akan nampak pula pd matanya.Oleh karena itu konselor harus jeli , dari mata klien akan terekspresikan perasaan klien, rasa sedih, setuju tidak setuju, menerima dan tidak menerima, rasa bosan dsb.
5. Cara duduk, perlu diperhatikan cara duduk klien, gelisah, tenang, tegang, relax, semua menggambarkan suasana hati klien.

Selain yang telah tersebut diatas , ada juga gerakan lain seperti isyarat mata, mulut, kaki , cara berpakaian dsb.

kepribadian menurut para ahli

Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
d. Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
informasi lebih lanjut kunjungi http://kumpulanistilah.blogspot.com/2011/01/ pengertian-kepribadian-dan-menurut-para.html
Diterbitkan di: 06 Nopember, 2009  
Mohon dinilai :    1
2
3
4
5

       
•   
    Link yang relevan :
   
    http://kumpulanistilah.blogspot.com/2011/01/pengertian-kepribadia ...
Menulis sendiri tulisanmu     Komentar


Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943463-pengertian-kepribadian-menurut-para-ahli/#ixzz1t3YVTDa7(Beberapa Pengertian Kepribadian Menurut Beberapa Ahli) – Sifat kepribadian adalah pola perilaku yang merefleksikan bagaimana orang merasakan, berhubungan dan berfikir tentang diri sendiri mereka dan lingkungannya. Sifat ini memampukan seseorang untuk mengendalikan lingkungan mereka dan menyesuaikan diri dengan stressor sosial dan personal.
Hanya saja jika sifat kepribadian menjadi kaku, mengalahkan diri sendiri atau maladaptif dan menyebabkan gangguan ansietas yang serius, maka mereka dianggap mengalami gangguan kepribadian. Gangguan biasanya dimanifestasikan dalam aktivitas sehari-hari karena perilaku disfungsional adalah sarana yang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan dasar mengalami kegagalan fungsi.
Dibawah Ini Adalah Beberapa Pengertian Menurut Beberapa Ahli:
Kepribadian adalah suatu Totalitas segala peristiwa psikis yang disadari ataupun yang tidak disadari ( Carl Gustav Jung ( 1875-1959)
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan ( Alport, 1951, p.48 )
Kepribadian adalah totalitas reality psikologis yang berisikan semua fakta yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada suatu saat ( Kurt Lewin )


Read more: Beberapa Pengertian Kepribadian Menurut Beberapa Ahli | SmartClick Pengertian Kepribadian (Personality)
Posted by' Admin on December 3, 2010
10
Pengertian Kepribadian (Personality)
Istilah personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.
Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
Pengertian Kepribadian (Personality)
Sedangkan personality menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.


Read more: KEPRIBADIAN >> Pengertian Kepribadian | belajarpsikologi.com Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu yang pale penting menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis darisistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward,punishment, pendidikan, dsb. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuan nya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992). Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam ilmu psikologi menurut, Gordon W.Allport : suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia Berdasarkan pengertian di atas maka corak perilaku individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan akan berbeda-beda. Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik, yaitu keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
1.    Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
1.    M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
1.    Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
2.    Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Ada dua faktor yang menentukan kepribadian pada tiap-tiap orang. Faktor tersebut adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan. Dua faktor ini sangat kuat dalam proses terbentuknya kepribadian dalam diri seseorang.
Ilmu Antropologi juga mempelajari tentang kepribadian. Menurut ilmu Antropologi, kepribadian ditentukan oleh akal dan jiwa manusia itu sendiri. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itulah yang disebut sebagai kepribadian atau personality. Hal itu memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus kepada masing-masing manusia. Kepribadian memiliki 3 unsur penting, yaitu pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Tiga unsur inilah yang berperan dalam pembentukan kepribadian tiap-tiap manusia. Dalam suatu masyarakat yang memiliki suatu kebudayaan bersama, terdapat jenis kepribadian yang umum bagi masyarakat itu. Jenis kepribadian itu yang oleh sebagian dinamakan basic personality structure (struktur kepribadian dasar), modal personality(kepribadian rata-rata).
Jelas, antara kepribadian dan mata kuliah Pengantar Antropologi ini terdapat hubungan yang erat. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kebudayaan. Kebudayaan ada karena ada manusia yang menciptakannya. Manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Itulah yang membuat kebudayaan masing-masing masyarakat berbeda-beda dan memiliki cirri khas serta corak tersendiri sehingga ahirnya membentuk identitas masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, Antropologi perlu membahas mengenai kepribadian manusia, dimana dengan kepribadian itulah terbentuk manusia yang memiliki pemikiran yang berbeda-beda sehingga bisa saling melengkapi satu dan yang lainnya.
Arti dan Definisi Kepribadian
Agustus 7, 2007 pada 4:42 am | Ditulis dalam Psikologi Kepribadian | 41 Komentar

Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.
Kepribadian menurut Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.
Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan sbb(E. Koswara):
1. sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.
2. sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri setiap orang.
3. sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh factor-faktor bawaan dan lingkungan.

Sigmund Freud

Teori Kepribadian Sigmund Freud


Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu prosopan atau persona yang artinya topeng yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi, konsep awal dari pengertian personalia (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial. kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial. Ketika personaliti menjadi istilah ilmiah pengertiannya berkembang menjadi lebih bersifat internal, sesuatu yang relatif permanen, menuntun, mengarahkan dan mengorganisir aktivitas manusia. (Alwisol, 2007:8).

Menurut Alwisol (2007:1) teori psikologi kepribadian bersifat diskriptif dalam wujud penggambaran tingkah laku secara sistematis dan mudah difahami.

Kepribadian adalah ranah kajian psikologi, pemahaman tingkah laku, fikiran, perasaan kegiatan manusia memakai sistematik metode dan rasional disiplin ilmu yang lain seperti ilmu ekonomi biologi atau sejarah, bukan teori psikologi kepribadian. Teori psikologi kepribadian itu mempelajari individu secara spesifik, siapa dia, apa yang dimilikinya, dan apa yang dikerjakannya. Analisis terhadap selain individu (misalnya kelompok, bangsa, binatang atau mesin) berarti memandang mereka sebagai individu, bukan sebaliknya. (Alwisol, 2007: 2).

Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-fungsi, memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Hal terpenting yang harus diketahui dengan pemahaman kepribadian adalah bahwa pemahaman itu sangat dipengaruhi paradigma yang dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri (Alwisol, 2007: 2).

Dalam psikologi kepribadian Sigmund Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi. Yang disebutnya energi psikik (psychic energy) energi yang ditranform dari energi fisik melalui id beserta insting-instingnya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwa energi tidak dapat hilang tetapi dapat pindah dan berubah bentuk (Freud dalam Alwisol, 2007: 21).

Dalam hal psikologi kepribadian Freud membagi dinamika kepribadian menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan.
1. Insting (instinct)
Pemuasan misalnya insting lapar berasal berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi yang secara jiwani maujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan energi dari kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian
Freud membagi insting menjadi dua jenis yaitu:
1) Insting Hidup dan Insting Seks
Freud mengajukan dua kategori umum, instng hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct) insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous zone); suatu daerah atau baguan tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.
2) Insting Mati
Menurut Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting. Insting mati mendorong seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide)

2. Distribusi dan Pemakaian Energi pada Id, Ego dan Super Ego
Dinamika kepribadian ditentukan cara energi psikis didistribusi dan dipakai oleh id, ego, dan super ego. Jumlah energi psikis terbatas dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk mendapatkannya, kalau salah satu unsur mejadi lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada energi baru yang dipindahkan atau ditambah ke sistem itu (Freud dalam Alwisol, 2007: 24)
1) Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Dan dari id akan muncul ego dan super ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar (unconscious). Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure prinsiple) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
2) Ego
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama; Pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang mencapai kesempurnaan dari super ego, ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
3) Super Ego
Super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik(idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Super ego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak memiliki energi sendiri. Sama dengan ego, super ego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkan tidak realistis (id tidak realistis dalam memperjuangkan kenikmatan)

3. Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai dinamika kepribadian yang utama, kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptasi yang sesuai. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud dalam Alwisol, (2007: 27) mengemukakan tiga jenis kecemasan: yaitu realitic anxiety, neurotic anxiety, dan moral anxiety.

Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan realistik ini akanmenjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima jadi masih bersifat khayalan, sedangkan kecemasan moral timbul ketika orang standar nilai dari norma yang ada. Kecemasan moral dan kecemasan neurik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni; tingkat kontrol ego, pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalah berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres, terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dengan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.

4. Pertahanan (defense)
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls yang dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego. Freud membagi defense menjadi beberapa mekanisme, namun menurut freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan, umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan. Adapun mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi (identification)
Identifikasi adalah cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
2) Pemindahan/Reaksi promi(Displacement/Reactions Compromise)
Pemindahan adalah manakala objek kataksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena tekanan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu direpres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu keobjek yang lain sampai ditemukan yang dapat meredupsi tegangan.
3) Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathaxes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan moral pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutan sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yangterlalu kuat, sedangkan regresi adalah mundur ketahap perkembangan yang dahulu di mana dia merasa puas di sana.
5) Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Pembentukan adalah tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran.
6) Pembalikan (Revarsal)
Pembalikan adalah mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keingginan perasaan dari impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri.
7) Projection (Projection)
Projection adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadai kecemasan realistik dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu diprojeksi dari objek eksternal diri orang itu sendiri.
8) Reaksi Agresi (Agressive Reaction)
Reaksi adalah dimana ego memanfaatkan drive agesif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi.
9) Intelektualisasi (Intelektualization)
Intelektualisasi adalah di mana ego menggunakan logika rasional untuk menerima ketaksis objek sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli.
10) Penolakan (Escaping-Avoiding)
Penolakan adalah melarikan diri atau menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul.
11) Pengingkaran (negation)
Pengingkaran adalah impuls-impuls yang direspon diekspresikan alam bentuk yang negatif, semacan deniel terhadap impuls/drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.
12) Penahanan diri (ego restraction)
Penahanan adalah suatu keadaan yang menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk atau negatif.

teori Carl G.Jung

KEPRIBADIAN MENURUT CARL GUSTAV JUNG
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang merujuk pada topeng yang biasa digunakan paran pemain sandiwara di zaman Romawi. Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
            Konsep - konsep Kepribadian menurut Carl Gustav Jung ada tiga macam, yaitu Personality Function, Psyche, dan Self. Jung memandang manusia sangatlah unik karena mempunyai begitu banyak kepribadian yang beragam antara individu satu dengan individu lainnya. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang konsep kepribadian menurut Jung.
1.      Personality Function
Setiap orang adalah unik karena dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman histories yang begitu banyak dan beragam. Tanggapan kita terhadap pengalaman-pengalaman ini adalah hasil dari temperamen yang belum tampak (inborn temperament) dan bahan dasar yang sifatnya majemuk dari tanggapan-tanggapan yang kita tunjukkan sebelumnya.
Apakah itu Temperamen? Bayi yang baru lahir ada yang sangat aktif, ada juga yang kalem. Ada juga yang sangat sensitive terhadap cahaya, suara, sentuhan, sementara bayi lain tampak begitu cuek dengan lingkungan sekitarnya. Sampai dengan akhir Masa Kanak-kanak atau Masa Remaja awal, penampakan Temperamen akan sudah dapat digambarkan , demikian menurut Jung.
Setiap orang berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan komponen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual. Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Setiap orang memiliki potensi atas semuanya itu, tetapi dengan derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Satu atau dua unsur bisa jadi merupakan cara yang dominan atau menonjol bagi seseorang dalam memandang atau menghadapi dunia (luar) nya.
2.      Psyche (Kepribadian)
Psyche adalah merupakan gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual seseorang. Karena merupakan gabungan dari sejumlah unsur, kita sering mendapati bahwa Psyche kita menunjukkan atau tampak sebagai sesuatu yang kontradiktif atau bertentangan. Untuk memahami bagaimana dan mengapa itu dapat terjadi, kita akan mulai pembahasan dari bagian yang sudah kita kenal atau ketahui, dan juga sebagaimana dikenal oleh dunia (di) luar (diri kita),
Bawah Sadar dari Psyche dibentuk atau berisikan banyak hal dan beragam antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan dari waktu ke waktu. Isi yang tersembunyi ini sebagian bersifat individual, sebagian lagi kolektif. Isi dari alam Bawah Sadar adalah sangat jauh lebih banyak dan beragam jika dibandingkan dengan isi Kesadaran. Kebanyakan orang (awam) menyebut isi dari alam Bawah Sadar manusia ini dengan sebutan Bawah Sadar, sedangkan istilah Psyche Bawah Sadar yang sebenarnya lebih tepat, hanya sedikit dipahami dan dipergunakan di kalangan para professional (psikoanalis).
Jung membedakan istilah antara Ambang Sadar (Subconscious) dan Bawah Sadar (Unconscious) karena menurutnya di alam Bawah Sadar terdapat banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sangat bermutu. Jung menggunakan istilah Ambang Sadar untuk merujuk pada isi alam Bawah Sadar yang sifatnya sementara, Freud menyebut hal ini dengan Preconscious. Jika Freud beranggapan bahwa isi dari Bawah Sadar semuanya adalah bersifat pengalalam-pengalaman individual, Jung mengemukakan bahwa sebagian dari isi Bawah Sadar.
3.      Self
Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Bandingkan saja Self dengan matahari dalam tata surya kita sumber dari segala energi bagi keseluruhan system. Jika Ego adalah bumi, maka self adalah matahari.
Sebagai totalitas Psyche, Self merupakan gabungan atau jumlah dari seluruh proses, isi dan karakteristik mental baik itu positif maupun negatif, konstruktif maupun destruktif. Isi dari Self ini yang kemudian akan menjadi bagian dari pola pengembangan (kepribadian) seseorang. Sebagaimana Kesadaran akan berhadapan dengan masalah-masalah dan tantangan hidup, Self akan menjadikan Bawah Sadar untuk bisa mendukung atau menyediakan sumberdaya bagi Kesadaran untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidup.
A.    STRUKTUR KEPRIBADIAN JUNG
Menurut Jung, psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Struktur psyche menurut Jung terdiri dari :
1. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego berperan penting dalam menentukan persepsi, fikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk kedalam kesadaran. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
2. Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression. Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah juga disimpan kedalam personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Pengalaman yang tidak disetujui ego untuk muncul kepada kesadaran tidak hilang tetapi disimpan dalam personal unconscious.Personal unconscious berisikan pengalaman pengalaman yang ditekan,dilupakan,dan yang gagal menimbulkan kesan sadar.
3. Collective Unconscious
Konsep asli Jung yang paling controversial,merupakan suatu system psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh pada kasus kasus patologik yang mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Isi utama dari ketidaksadaran kolektif adalah arsetip yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi.
Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi tertentu secara hampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya. Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah dari kumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri. Collective unconscious merupakan kesadaran yang bersifat universal yang membentuk kepribadian seseorang diantaranya:
Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypal sendiri.
Anima & Animus merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah archetype sifat kewanitaan / feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.
Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi.
Self, yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologis didefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadian terkonstelasi disekitarnya. Self membimbing manusia kearah self-actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.
B.     TIPOLOGI JUNG
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
Introversion-Thinking
Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.
b.      Extraversion-Thinking
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.

c.       Introversion-Feeling
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.
d.      Extraversion-Feeling
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e.       Introversion-Sensation
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
f.       Extraversion-Sensation
Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.

g.      Introversion-Intiuting
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.
h.      Extraversion-Intuiting
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.

C.    PROSES DAN DINAMIKA KEPRIBADIAN JUNG
Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 65)
1) Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung mejnadi kesatuan (synthese).
Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan intuisi.
2) Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral.

D.    Perkembangan kepribadian
Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi.
1) Tujuan perkembangan : aktualisasi diri
Menurut Jung, tujuan perkembangan kepribadian adalah aktuali-sasi diri, yaitu diferensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.
2) Jalan perkembangan : progresi dan regresi
Dalam proses perkembangan kepribadian dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Progresi adalah terjadinya penyesuaian diri secara memuaskan oleh aku sadar baik terhadap tuntutan dunia luar mapun kebutuhan-kebutuhan alam tak sadar.
Apabila progesi terganggu oleh sesuatu sehingga libido terha-langi untuk digunakan secara progresi maka libido membuat regresi, kembali ke fase yang telah dilewati atau masuk ke alam tak sadar.
3) Proses individuasi
Untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi secara kuat maka setiap aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi dan perkembangan yang optimal. Proses untuk sampai ke arah tersebut oleh Jung dinamakan proses individuasi atau proses penemuan diri.
Ø  Tahap Perkembangan Kepribadian Jung
Terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, young adulthood, middle age dan old age.
1.      Usia anak (Childhood). Usia anak dibagi menjadi 3 tahap, yakni anarkis pada anak kesadaran masaih kacau pada usia 0 – 6 tahun, tahap monarkis yakni anak ditandai dengan perkembangan ego, mulai berfikir verbal dan logika pada usia 6 – 8 tahun, tahap dualistik yakni anak dapat berfikir secara obyektif dan subyektif terjadi pada usia 8 – 12 tahun.
2.      Usia pemuda (young adulthood). Pemuda berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari orangtuanya.
3.      Usia Pertengahan(middle age). Ditandai dengan aktualisasi diri, biasanya sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memiliki pekerjaan, kawin, punya anak dan ikut dalam kegiatan sosial.
4.      Usia Tua (old age). Fungsi jiwa sebagian besar bekerja secara tak sadar, fikiran dan kesadaran ego mulai tenggelam.

teori adler

Alfred Adler
Riwayat Hidup

Alfred Adler lahir di Viena pada tahun 1870 dan meninggal pada tahun 1937 di Aberden, Scotland, dalam rangka perjalanannya selaku lector. Ia menerima Medical Degree pada tahun 1895 dari University of Viena.

Pada awal mulanya ia mengambil bidang spesialisasi Opthamology, dan setelah beberapa lama melakukan praktek di bidang medis, iapun menjadi seorang psikiatris. Adler menjadi seorang anggota kehormatan dari Viena Psychoanalitic Society, dimana kemudian menjabat selaku presidennya. Selanjutnya Adler segera mengembangkan ide-idenya yang berbeda dengan pandangan Freud dan anggota lainnya di Viena Society, dan saat perbedaan tersebut semakin tajam, ia menguji pandangan-pandangannya di masyarakat. Hal tersebut dilakukannya pada tahun 1911 dan sebagai konsekuensi dari kritik-kritik serta tantangan yang dilancarkan terhadap posisi Adler oleh para anggota Society yang lain, Adler segera meletakkan jabatannya selaku presiden dan selang beberapa bulan kemudian iapun memutuskan hubungan dengan Psikoanalisa Freudian (Colby, 1951; Jones, 1955; HL & Ansbacer, 1956). Iapun kemudian membentuk kelompok tersendiri dan selanjutnya dikenal sebagai Individual Psychology, yang memiliki banyak pengikut di seluruh dunia.

Selama pecah perang dunia pertama, Adler mengabdikan diri sebagai Physician pada angkatan bersenjata Austria, dan setelah perang selesai, ia mulai tertarik akan masalah Child guidance dan lalu membuat klinik bimbingan yang pertama dalam kaitannya dengan sistem sekolah yang berlaku di Viena. Iapun memberi gagasan akan pembuatan sekolah eksperimental di Viena, yang menerapkan teori-teorinya dalam bidang pendidikan.

Pada tahun 1935 Adler berdomisili di Amerika, dan melanjutkan prakteknya sebagai Psikiater, juga bertindak selaku Profesor dari Medical Psychology pada Long Island College of Medicine. Adler adalah seorang yang kaya akan tulisan dan mempublikasikan ratusan buku serta artikel-artikel semasa hidupnya. Buku The practice and Theory of individual Psychology (1927) mungkin penjadi introduksi yang terbaik dari teori Adler tentang ikhwal kepribadian (personality). Penyusunan yang lebih ringkas dari pandangan-pandangan Adler ditulis dalam Psychologis of 1930 dan dalam International Journal of Individual Psychology (1935). Heins & Rowenan Ansbacher belakangan ini telah mengedit dan mencatat lanjutan-lanjutan yang diseleksi dari tulisan-tulisan Adler (1956), dan inipun merupakan sumber terbaik dari informasi tentang Adler Individual Psychology. Phillys Bottone telah pula menulis suatu biografi tentang Adler (1939). Ide-ide Adler disebarluaskan di Amerika oleh The American Society of Individual Psychology, yang memiliki cabang-cabang di New York, Chicago dan Los Angeles dan penyebarannya dilakukan lewat The American Journal of Individual Psychology.

Berbeda halnya dengan asumsi utama dari Freud, bahwasanya tingkah laku itu didasari oleh instink-instink bawaan, serta aksioma yang prinsipiil dari Jung, dimana dikatakan bahwa manusia itu bertindak sesuai dengan arketipe-arketipe bawaan, maka asumsi Adler yang pertama adalah bahwa manusia itu didasari oleh motif-motif utamanya, yakni dorongan-dorongan sosial (social urges). Manusia adalah kesatuan makhluk sosial. Ia menciptakan relasi dengan manusia lain, mengikatkan diri dalam aktifitas sosial secara bersama-sama, meletakkan kesejahteraan masyarakat di atas kepentingan pribadi, serta menciptakan suatu gaya hidup (style of life) yang berorientasi kepada masalah kehidupan sosial. Adler tidak mengatakan bahwa manusia itu menjadi socialized  hanya karena keterlibatannya dalam proses-proses sosial; minat-minat sosial tersebut adalah hasil bawaan walaupun tipe relasi dengan orang lain serta pranata sosial yang berkembang tersebut ditentukan oleh bagaimana alam dari masyarakat yang berlaku di tempat individu itu dilahirkan.

Pada sisi lain, sama halnya dengan Freud dan Jung dalam pandangan biological. Ketiga asumsi mereka sama-sama beranggapan bahwa manusia itu memiliki alam kesatuan yang membentuk kepribadiannya. Freud menekankannya pada masalah sex, sedangkan Jung pada masalah pola-pola berfikir primordial (primordials thought paterns) dan Adler sendiri menekankannya kepada minat-minat sosial (social interest). Penekanan-penekanan pada masalah sosial sebagai penentu tingkah laku, hal mana yang telah diabaikan oleh Freud dan Jung mungkin merupakan sumbangan utama Adler yang terbesar kepada teori Psikologi. Iapun mengalihkan perhatian dari para psikolog akan pentingnya variabel-variabel sosial serta membantu pengembangan lapangan dari psikologi sosial, pada saat psikologi sosial membutuhkan dukungan-dukungan khususnya dari jajaran psikoanalisa.

Sumbangannya yang kedua dari Adler adalah konsep tentang The creative self. Berbeda halnya dengan konsep Ego dari Freud yang merupakan suatu proses psikologis yang bertugas melayani instink-instink bawaan. Maka self dari Adler merupakan taraf kepribadian yang tinggi, sebagai sistem subyektif yang menginterpretasikan dan membuat pengalaman-pengalaman organisme menjadi berarti. Lebih lanjut lagi adalah mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup individu yang unik; dan apabila pengalaman-pengalaman tersebut tidak ia temukan di dunia, maka The Self akan menciptakannya. Konsep tentang creative self ini, merupakan hal baru dalam teori psikoanalisa Freud dan ini menolong dalam mengkompensir obyektivism yang ekstrim terhadap psikoanalisa klasik, yang hampir lebih menekankan pada kebutuhan biologis dan stimulus-stimulus luar dalam memperhitungkan suatu dinamika kepribadian.

Persembahan ketiga dari Adler yang juga memberi pemisahan jelas dari psikoanalisa klasik, adalah penekanan pada uniknya personality. Adler beranggapan bahwa setiap manusia memiliki bentuk-bentuk unik dari motif, traits, dan interest serta nilai-nilai, setiap tindakan yang ditampilkan merupakan pencerminan dari Style of Life yang tersendiri. Di dalam hal ini Adler mengikuti pendapat W. James dan W. Stern, yang disebut sebagai peletak dasar dari pada Personalitic Psychology.

Teori Adler tentang manusia tampaknya mengabaikan instink sexual yang bagi Freud memiliki peranan eksklusif dalam dinamika tingkah laku. Terhadap Monologue Freudian tentang sex, Adler menambahkan pendapatnya bahwa manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, dan bukannya ciptaan sexual. Ia dimotivisir oleh minat-minat sosial, bukan oleh minat-minat sexual. Perasaan rendah diri bukanlah disebabkan oleh keterbatasan dalam ikhwal sex yang dimiliki, namun memang bisa meluas pada segi-segi kehidupannya, baik fisik maupun psikologis. Ia berusaha mengembangkan suatu style of life yang unik, dimana masalah dorongan sexual hanya memainkan peranan yang kecil. Pada kenyataannya, cara dimana ia memuaskan kebutuhan sexualnya akan ditentukan oleh style of life dan bukannya sebaliknya. Akhirnya Adler membuat kesadaran sebagai pusat dari personality. Manusia adalah makhluk yang sadar, ia menyadari alasan-alasan dalam bertingkah laku. Ia sadar akan kekurangannya dan sadar akan tujuan yang ingin dicapainya. Lebih lanjut lagi, ia adalah individu yang sadar akan dirinya, yang mampu merencanakan serta mengarahkan tingkah lakunya, dan dengan kesadaran penuh akan artinya, guna realisasi dirinya sendiri. Hal ini merupakan antithesa bagi teori Freud yang menurunkan masalah kesadaran menjadi hanya sebagai sebagian dari suatu keseluruhan, hanya merupakan buih mengambang di dalam lautan ketidaksadaran yang maha luas.

Konsep-konsep Utama  Teori Adler

Alfred Adler, seperti halnya teoritikus kepribadian lainnya, yang memiliki latar belakang pendidikan medis dan melakukan praktek psikiatris, juga mengawali teorinya dalam bidang psikologi abnormal. Ia merumuskan teori tentang neurosis sebelum memberi garis besar pandangan teoritisnya akan kepribadian yang normal, yang terjadi pada tahun 1920 (H.L dan R.R. Ansbacher).

Teori kepribadian dari Adler, merupakan tinjauan ekonomis yang ekstrim, dimana beberapa konsep dasar menjadi penopang seluruh struktur teori. Dalam hal ini titik-titik pancang Adler dapat dibagi dalam beberapa hal, antara lain :

Tujuan akhir yang khayali (Fictional Finalism).
Perjuangan menuju keunggulan (Striving for Superiority).
Perasaan rendah diri dan pelampiasan (Inferiority Feeling and Compensation).
Minat-minat sosial (Social Interest).
Gaya hidup (Style of Life).
Aku yang kreatif (Creative Self).
Tujuan akhir yang khayali (Fictional Finalism).

Singkatnya, setelah Adler melepaskan diri dari pengaruh Freud, ia merasa berada di bawah pengaruh filosof dari Hans Vaihinger dengan bukunya Psychology as if (1925) yang dipublisir tahun 1911. Vaihinger mempertanyakan dan memasalahkan bahwa manusia itu hidup dengan banyaknya ide-ide yang fiktif, yang sesungguhnya bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Beberapa fictions, antara lain seperti ‘setiap orang diciptakan sama’, ‘kejujuran adalah kebijaksanaan terbaik’ dan ‘tujuan menghalalkan cara’, memungkinkan manusia berhubungan secara lebih efektif dengan realitas. Semua ini adalah konstruk pembantu atau asumsi-asumsi belaka, dan bukanlah merupakan hipotesa-hipotesa yang dapat diuji kebenarannya. Mereka baru dapat bebas dari hal itu, apabila kegunaan-kegunaannya hilang.

Adler mengambil alih doktrin filsafat ini tentang positivisme idealistis dan lalu merancang dalam designnya. Freud, bila dibandingkan, meletakkan penekanan utama pada faktor-faktor konstitusi dan pengalaman-pengalaman selama awal kehidupan sebagai penentu dari kepribadian. Adler menemukan dalam tulisan Vaihinger bahwa suatu tangkisan terhadap penentuan histories yang rigid tersebut, ia menemukan ide bahwasanya manusia itu lebih dimotivisir oleh harapan-harapan akan masa depan daripada oleh pengalaman masa lalunya. Tujuan ini tidak muncul di masa depan sebagai suatu design yang teologis, baik Adler maupun Vaihinger berkeyakinan bahwa ada sesuatu yang akan dituju atau fasilitas – agaknya mereka menampilkan subyektifitas atau mentalitas disini dan sekarang merupakan perjuangan atau idealis yang mempengaruhi tingkah laku saat itu.  Apabila seorang individu berkeyakinan, sebagai contoh bahwa ada suatu sorga bagi orang-orang yang mulai dan neraka bagi yang berdosa, maka dapatlah diambil suatu pre asumsi, bahwa hal ini akan mempengaruhi tindakannya. Hal inilah tujuan yang fiktif bagi Adler, penyebab subjektif dari even-even psikologis.

Sama seperti Jung, Adler mengidentifisir teori Freud dengan prinsip kausalitas dan teorinya sendiri sebagai finalism principle.      Individual Psychology insists absolutely on the indispensability of finalism for the understanding of all psychological phenomena. Causes, powers, instincts, impulses and the like cannot serve as explanatory principles. The final goal alone can explain man’s behavior. Experiences, traumata, sexual development mechanism cannot yield an explanation, but the        perspective in which these are regarded. The individual way of seeing them, which subordinates all life to the final goal, can do so (1930, p.400).

Goal terakhir itu mungkin bersifat fiktif, yakni suatu ideal yang tidak mungkin terealisir namun tetap mendorong usaha manusia kesana dan merupakan penjelasan akhir akan tindakannya. Adler berpendapat, bagaimanapun juga, individu yang normal tersebut dapat membebaskan dirinya dari pengaruh fiktif dan menghadapi realita di saat menjadi tuntutan kewajiban, sesuatu yang justru bagi orang neurotis adalah tak mungkin dilakukan.

Perjuangan menuju keunggulan (Striving for Superiority).

Apa yang menjadi arah tujuan akhir dari semua usaha manusia, memberikan suatu konsistensi serta keunikan dari personality. Pada tahun 1908, Adler menyimpulkan bahwa agresi itu lebih penting daripada sexualitas, dan impuls agresif didasari oleh keinginan berkuasan (will to power).  Adler mengidentifisir power dengan maskulinitas dan weakness dengan femininitas. Ini menjadi salah satu taraf pemikirannya (circa, 1910) yaitu suatu bentuk kompensasi yang berkelebihan (over compensation), yang mana baik pria maupun wanita sama-sama mengalaminya sebagai akibat dari perasaan-perasaan inadekuat dan inferior.

Akhirnya Adler mengalihkan konsep will to power menjadi striving for superiority. Dengan demikian tingkatan dalam pemikirannya mengenai the final goal manusia, yaitu menjadi agresif, berkuasa, dan menjadi superior. Adler memperjelas lagi bahwa superioritas yang ia maksudkan bukan berarti perbedaan dalam masalah sosial, kepemimpinan atau suatu posisi yang terbaik di masyarakat, maksud Adler agaknya analog dengan konsep dari Jung tentang self atau mungkin prinsip dari Goldstein, perihal self actualization. Ini mencakup pengertian akan usaha menuju kesempurnaan. Ini merupakan the great upward drive. I began to see clearly in every psychological phenomenon the striving for superiority. It runs parallel to physical growth and is an intrinsic necessity of life it-self. It lies at the root of all solutions of life’s problem’s and is manifested in the way in which we meet these problems. All our functions follow its direction.

Darimana asal mula striving for superiority ataupun perfection itu ? Menurut Adler hal tersebut adalah hasil bawaan, itu merupakan bagian kehidupan bahkan pada kenyataannya, hal itu adalah hidup itu sendiri. Dari lahir sampai mati, perjuangan untuk keunggulan itu membawa manusia dari suatu tingkatan perkembangan kepada tingkatan yang lebih tinggi. Hal itu merupakan potensi awal suatu prinsip yang dinamis. Dalam hal ini tidak ada dorongan yang terpisah-pisah, setiap dorongan akan menerima powernya dari perjuangan untuk sempurna. Adler mengakui bahwa perjuangan menuju keunggulan akan dimanifestasikan di dalam beribu-ribu cara yang berbeda, dan setiap individu memiliki model konkrit yang tersendiri dalam mencapai atau mencoba mencapai kesempurnaan. Untuk orang neurotis, sebagai contoh, perjuangan mencapai self esteem, power, dan self aggrandizement (perluasan diri), dengan kata lain adalah untuk tujuan-tujuan egoistis ataupun selfish, sedangkan individu normal akan berjuang untuk tujuan-tujuan sosial. Tepatnya bagaimana bentukan dari perjuangan akan keunggulan itu terlibat dalam diri individu? Sebagai ikhtiar untuk menjawab pertanyaan ini, akan baik sekali meninjau konsep Adler tentang perasaan-perasaan rendah diri (inferiority feelings).

Perasaan rendah diri dan pelampiasan (Inferiority feeling and compensation).

Pada awal sekali dari kariernya, sewaktu ia masih berminat dalam bidang medis umum, Adler mengeluarkan ide tentang organ inferiority dan over compensation (1917). Pada saat itu ia berminat dalam menemukan jawaban akan pertanyaan yang terus menerus tentang manusia, mengapa mereka menjadi sakit atau tertimpa musibah, sakit dan celaka pada salah satu bagian dari organ tubuh.

Salah seorang menderita sakit jantung, yang lainnya paru-paru, dan ada pula yang menderita sakit pinggang. Adler yakin bahwa alasan yang menentukan penyakit pada bagian tersebut adalah basic inferiority akan bagian itu, suatu kekurangan yang muncul kerena bawaan atau karena suatu perkembangan yang abnormal. Ia kemudian mengobservasi bahwa individu yang mempunyai kekurangan dalam salah satu organ tubuhnya, akan mengkompensir kelemahan tersebut dengan memperkuatnya lewat suatu latihan yang intensif. Sebagai suatu contoh terkenal tentang kompensasi diri organ inferiority adalah Demosthenes yang pada masa kecilnya menderita gagap (stutter) dan kemudian menjadi seorang orator terkemuka, suatu contoh lainnya adalah Theodore Roosevelt yang sakit-sakitan pada masa mudanya dan kemudian mengembangkan diri dengan suatu latihan yang sistematik menjadi seseorang yang memiliki fisik kuat dan tegap.

Singkatnya, setelah ia mempublisir monographnya tentang organ inferiority, Adler memperluas konsepnya dengan memasukkan setiap perasaan kekurangan yang mana timbul dari perasaan subyektif tentang ketidakmampuan psikologis ataupun sosial, sebagaimana halnya, hal itu muncul dari kelemahan tubuh atau cacat fisik. Pada waktu itu, Adler menyamakan inferiority dengan unmanlinnes atau femininitas, kompensasi terhadap hal ini disebut the masculine protest.

Kemudian ia mengsubordinasikan pandangan ini kepada prinsip umum bahwa suatu feeling of inferiority muncul dari perasaan ketidaksempurnaan atau ketidaklengkapan dalam setiap segi kehidupan. Sebagai contoh, seorang anak dimotivisir oleh perasaan rendah dirinya untuk berjuang mencapai level yang lebih tinggi dalam perkembangannya. Sewaktu ia mencapai level tersebut, ia mulai merasa inferior kembali dan peningkatanpun berulang lagi.

Adler bersikeras bahwa perasaan rendah diri bukanlah ciri-ciri abnormalitas, itu merupakan sebab dari semua usaha perbaikan diri. Sudah barang tentu perasaan-perasaan rendah diri dapat tercipta oleh kondisi khusus yang berlebihan, misalnya penolakan (rejecting) terhadap anak, di dalam kasus mana beberapa manifestasi abnormal akan terjadi, seperti perkembangannya kompleks rendah diri atau kompleks kompensasi akan superioritas. Namun dalam kehidupan yang normal, perasaan rendah diri ataupun perasaan akan ketidaklengkapan merupakan dorongan utama dari manusia. Dalam rumusan lain, dapat dikatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan mengatasi rendah dirinya dan oleh hasrat akan keunggulan (the desire to be superior). Adler bukanlah penganut hedonism. Walaupun ia percaya bahwa perasaan rendah diri adalah menyakitkan, ia tidak berpendapat bahwa pengurangan, hilangnya perasaan tersebut merupakan hal yang menyenangkan. Kesempurnaanlah yang menjadi tujuan hidup, bukan masalah kesenangan.

Minat-minat sosial (social interest).

Selama tahun-tahun permulaan teori-teorinya, saat ia mengumumkan tentang agresifitas, hausnya kekuasaan dari manusia dan ide tentang masculine protest sebagai suatu overkompensasi terhadap kelemahan feminitas, Adler mendapat kritik akan penekanannya terhadap dorongan-dorongan selfish dari manusia dan pengabdian akan motif-motif sosialnya. Striving for superiority mirip dengan tangisan perang dari supermennya Nietzhe, suatu kesesuaian dengan slogan Darwinian tentang survival of the fittest. Adler yang seorang pembela keadilan sosial dan pendukung demokrasi sosial, memperluas konsepsinya tentang manusia dengan memasukkan faktor minat-minat sosial (social interest, 1939) kendatipun minat-minat sosial meliputi masalah-masalah kerja sama, relasi interpersonal dan sosial, identifikasi terhadap kelompok, emphaty dan lain sebagainya, semua itu hanya garis besarnya saja.

Di dalam pengertian yang baru, maka minat-minat sosial mencakup bantuan, sumbangan individu terhadap masyarakatnya, guna pencapaian tujuan akan masyarakat yang sempurna. “Minat-minat sosial adalah suatu kebenaran dan merupakan kompensasi yang tak terelakkan untuk semua kelemahan-kelemahan alamiah dari individu manusia (Adler, 1929 b)”. Individu tak lepas dari konteks sosial sejak hari pertama kehidupannya. Kerjasama dimanifestasikan dalam hubungan antara bayi dan ibunya, dan dari situlah individu terus menerus terlibat di dalam suatu network dari relasi-relasi interpersonal, yang membentuk kepribadiannya serta memungkinkan hasratnya dalam mencapai keunggulan. Perjuangan mencapai keunggulan mulai socialized, ideal akan suatu masyarakat yang sempurna mengambil tempat sebagai ambisi, personal yang murni dan menghilangkan kepentingan pribadi. Dengan berbuat suatu kebaikan, manusia mengkompensasikan kelemahan-kelemahannya. Adler berkeyakinan bahwa minat-minat sosial tersebut merupakan hasil bawaan; manusia adalah makhluk sosial secara alamiah, bukan sebagai akibat kebiasaan. dan sama halnya dengan bakat-bakat alamiah lainnya, maka predisposisi bawaan inipun tidaklah muncul dengan sendirinya, namun lewat bimbingan dan latihan. Karena Adler percaya akan manfaat dari pendidikan, Adler menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membangun suatu klinik bimbingan anak, membuat perbaikan-perbaikan pada sekolah-sekolah, serta mendidik masyarakat lewat pengutamaan metode-metode mengasuh anak.

Menarik sekali untuk menelusuri tulisan-tulisan Adler dalam tahapan-tahapan mulai dari konsepnya tentang manusia dari kehidupan profesinya di tahun-tahun permulaan saat masih berhubungan dengan Freud, sampai belakangan waktu ia mencapai reputasi internasional. Bagi Adler semasa mudanya, manusia itu didorong oleh hasrat yang besar akan kekuasaan dan dominasi guna mengkompensir perasaan rendah dirinya. Sewaktu Adler berusia lanjut, maka menurut dia manusia itu dimotivisir oleh minat-minat sosial sebagai karunia bawaan, yang memberi image bahwa manusia yang sempurna tinggal dalam masyarakat yang sempurna; menghapus semua gambaran semua kekuasaan; manusia agresif yang mendominasi dan mengeksploitasi masyarakat. Dengan demikian, minat-minat sosial menggeser minat-minat selfish.

Gaya hidup (Style of life).

Ini adalah slogan dari teori kepribadian Adler, dan juga sebagai thema yang berulang kali muncul dalam tulisan-tulisan Adler (sebagai contoh, 1929 a, 1931) dan merupakan persembahan yang tersendiri dalam psikologi. Style of Life merupakan sistem prinsipiil, dimana kepribadian individu berfungsi, dan menjadi keseluruhan inti dari bagian-bagian. Style of Life merupakan prinsip idiographic dari Adler yang utama; sebagai prinsip yang menerangkan keunikan dari masing-masing individu. Setiap individu memiliki suatu Style of Life, tetapi tidak ada dua orang yang mengembangkan Style of Life yang sama.

Sesungguhnya apa pengertian dari konsep tersebut? Hal ini adalah suatu pertanyaan yang sulit dijawab karena Adler begitu sering mengucapkannya dan karena banyaknya pula perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan di dalam tulisan-tulisannya, sehingga sukar untuk membedakan dengan konsep Adler yang lain, yakni the creative self. Setiap individu memiliki goal yang sama, yaitu keunggulan atau superioritas, namun di situ tampak bermacam-macam cara dalam pencapaian goal tersebut. Seseorang mencoba untuk menjadi superior lewat pengembangan inteleknya, sementara yang lain memusatkan usahanya untuk mendapat susunan otot-otot yang sempurna. Sang intelektual memiliki suatu gaya hidup tersendiri, sang atlit memiliki gaya hidup  yang lain pula. Sang intelek banyak membaca, belajar, berfikir, ia hidup pada satu tempat danm enyendiri dibandingkan manusia lain yang aktif.

Ia menyusun detail-detail dari eksistensinya, kebiasaan-kebiasaan hidupnya, rekreasi, kerutinan sehari-hari, relasi dengan keluarganya, teman dan melakukan aktifitas-aktifitas sosialnya, sehubungan goalnya akan keunggulan intelektual. Setiap apa yang ia lakukan, dilakukannya sesuai apa pencapaian goalnya. Menurutnya, seluruh tingkah laku manusia didasari oleh Style of Life. Dalam ia mengamati, belajar, akan bersandar pada Style of Life yang dimiliki, dan mengabaikan hal-hal lain. Style of Life dibentuk pada awal masa kanak-kanak, kira-kira usia 4 atau 5 tahun, setelah itu pengalaman-pengalaman yang ada berasimilasi dan digunakan sesuai keunikan Style of Life tersebut. Sikap-sikap, perasaan-perasaan yang dimiliki mulai menetap dan dimekanisir pada awal-awal tahun. Setelah itu adalah tidak mungkin Style of Life tersebut berubah. Individu akan memperoleh cara-cara baru dalam mengekspresikan keunikan Style of Lifenya, namun semua itu nyata dan tetap merupakan bagian dari dasar yang sama dalam gaya yang ditemukan pada awal kehidupannya.

Apa yang menentukan Style of Life dari individu? Dalam tulisan-tulisan permulaan, Adler mengatakan bahwa hal itu sebagian besar ditentukan oleh specific inferiorities, baik yang fantastis ataupun yang sebenarnya ia miliki. The style of life merupakan kompensasi untuk particular inferiority. Apabila sang anak memiliki kelemahan fisik, maka style of life nya akan berbentuk penguatan hal tersebut secara fisik. Seorang anak pandai akan berjuang untuk meraih keunggulan intelektual. Napoleon mendapat Style of Life nya ditentukan oleh keadaan fisiknya, dan ketamakan Hitler untuk menguasai dunia disebabkan impotensi sexualnya. demikian contoh-contoh sederhana dari tindakan-tindakan manusia yang menarik bagi pembaca tulisan Adler diterapkan secara luas dalam ikhtiar menganalisa karakter selama tahun 1920-1930, yang sesungguhnya tidak memuaskan Adler sendiri. Ia beranggapan hal tersebut terlampau sederhana dan mekanistik. Ia mencari prinsip lain yang lebih dinamis dan menemukan konsep the creative self.

Aku yang kreatif (creative self).

Dengan konsep inilah Adler memperoleh gelar selaku teoritikus kepribadian. Saat ini menemukan kekuatan yang kreatif dari The Self, seluruh konsepnya disubordinasikan pada hal tersebut; ini merupakan penggerak utama landasan filosofis, penyebab pertama dari kemanusiaan yang dicari oleh Adler. Kesatuan, konsistensi, creative self merupakan  kedaulatan dari struktur kepribadian. Seperti halnya semua penyebab awal, kekuatan kreatif dari the self pun sulit untuk dideskripsikan. Kita dapat melihat hal tersebut memberi efek tertentu, namun kita tak dapat melihatnya. Hal itu merupakan sesuatu yang menyela (intervence) antara stimulus kepada individu dan respon-respon terhadap stimuli tersebut.

Secara hakiki, doktrin dari creative self menyatakan bahwa manusia menciptakan kepribadiannya sendiri. Mereka mengkonstruknya dari bahan-bahan bawaan dan pengalaman yang diperoleh. Heredity only endows him with certain abilities. Environtment only gives him certain empressions. These abilities and impressions and the manner in which he experiences then, tah it to say, the interpretation he makes of these experiences or in other words his attitude toward life, which determines this relationship to the outside world (Adler, 1935,p.5).

The creative self merupakan ragi (yeast) yang beraksi pada fakta-fakta di dunia dan mentransformasikan fakta-fakta tersebut pada kepribadiannya, yaitu subyektifitas, dinamika, unified, personal dan keunikan dalam style. The creative self memberi arti akan kehidupan, menciptakan goal sebaik akan arti dari goal tersebut. The creative self adalah prinsip aktif dari human life, dan ini tidak sama dengan konsep terdahulu tentang jiwa (soul).

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa rancangan teori humanistis dari Adler tentang kepribadian itu merupakan antithesa dari konsepsi Freud tentang individu. Dengan memberi konsep Altruism, kemanusiaan, kooperasi, kreatifitas, keunikan, dari awareness, maka Adler memuliakan manusia dan menyangkal psikoanalisa yang lebih menekankan pada perusakan. Dalam gambaran kesuraman yang mengerikan dan menjijikkan para pembaca Freud, Adler menyajikan gambaran manusia yang lebih berkenan, memuaskan dan jauh lebih terpuji. Konsep Adler tentang kepribadian sepakat dengan ide popular bahwa individu mampu menjadi tuan, dan bukan sebagai korban dari takdir belaka.

Characteristic Research and Research Methods

Observasi empiris dari Adler kebanyakan berasal dari sidang therapeutic dan mencakup hampir sebagian rekonstruksi masa lalu yang diingat oleh pasien, kemudian menaksir tingkah laku saat ini lewat cara percakapan-percakapan. Ada beberapa contoh dari Adler dalam aktifitas investigasinya tentang kepribadian. Investigasinya antara lain menggunakan konsep order of birth, early memories, childhood experiences, and personality.

Order Birth

Sealur dengan minatnya akan determinasi sosial dari personality, Adler mengobservasi bahwa personality dari anak tertua, penengah dan bungsu dalam suatu keluarga tampak berbeda sekali (1931). Ia memperkirakan perbedaan ini timbul akibat pengalaman yang berbeda, dimana setiap anak itu memiliki kelompok sosial tersendiri. Anak pertama mendapat perhatian penuh, sampai anak yang kedua lahir; kemudian mendadak tergeser dari posisi yang menyenangkan itu dan harus membagi kasih sayang dari orangtua dengan adiknya.  Pengalaman ini akan menyebabkan berbagai kondisi pada anak, disini dapat berupa perasaan benci pada orang tua atau merasa tidak aman. Anak tertua bisa juga mengambil interest di masa lampau; saat ia menjadi pusat perhatian. Neurotics, criminal, peminum dan perverts (sesat, merusak), sebagai hasil observasi Adler, nampak sering terjadi pada anak pertama. Apabila orang tua bertindak bijaksana dalam situasi tersebut, dengan mempersiapkan anak pertama akan kehadiran saingannya kelak, maka anak pertama itu akan berkembang menjadi orang yang bertanggung jawab, protective person. Anak kedua atau anak penengah memiliki ciri-ciri ambisius, selalu mencoba melewati sibling yang lebih tua. Juga memiliki kecenderungan pemberontak dan iri, namun paling tidak akan lebih adjusted dibandingkan anak tertua atau bungsu. Anak bungsu adalah anak ‘perampas’ bagi anak yang lebih tua, ia lebih menyerupai anak yang bermasalah dan dewasa yang neurotic maladjusted.

Kendatipun test-test permulaan dari Adler tentang teori birth order gagal untuk memperkuat atau mendukung kerja yang lebih sophisticated (cerdas & cermat), namun Schuceter (1959) dapat mengkonfirmasikan thesis Adler dan mampu mendapatkan subjek-subjek secara luar biasa dalam riset sebagai contoh. Suatu survey yang dilakukan oleh Vochel, Felker dan Milley (1973) memberi daftar 274 studi-studi tentang birth order yang dipublikasikan antara tahun 1967 sampai tahun 1972.

Early Memories

Adler merasa bahwa memori awal dari individu yang dapat dilaporkan merupakan kunci pokok dalam mengerti dasar dari suatu gaya hidup (1931). Sebagai contoh, seorang anak gadis mulai mengingat memori awalnya dengan mengatakan, “Ketika saya berusia tiga tahun, ayah saya …”. Ini merupakan indikasi bahwa ia lebih interest pada ayahnya daripada ibunya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa ayahnya membawa pulang ke rumah sepasang kuda pony untuk kakak perempuannya dan dia, kemudian kakaknya mengendarai kudanya di jalan, sementara ia terbenam dalam lumpur bersama kudanya. Ini adalah takdir bagi anak yang lebih muda – menjadi orang kedua di dalam persaingan dengan sibling yang lebih tua – dan hal ini memotivisir dia untuk mencoba melewatinya. Style of life-nya berupa dorongan ambisi, hasrat untuk menjadi nomor satu, perasaan tidak aman dan kecewa, dan bayangan kuat akan kegagalan.

Contoh lainnya, pemuda yang dihantui kecemasan, mengingat hal-hal demikian, “sewaktu saya berusia kira-kira 4 tahun, saya duduk di jendela dan memperhatikan beberapa pekerja bangunan di seberang jalan, sementara ibuku merajut”. Rekoleksi ini merupakan indikator bahwa sewaktu kanak-kanak ibunya adalah seorang pencemas. Kenyataan bahwa ia melihat orang lain yang bekerja menggambarkan bahwa style of life-nya lebih cenderung sebagai penonton daripada participant. Hal tersebut terungkap dalam kecemasan dia setiap mencoba mengambil suatu pekerjaan. Adler memberi saran untuk mencari pekerjaan yang lebih bersifat memeriksa dan mengobservasi. Pasien tersebut mengikuti advis Adler, dan menjadi seorang dealer yang sukses dalam obyek-obyek seni.

Childhood Experiences

Adler berminat sekali akan macam-macam pengaruh masa-masa permulaan yang menjadi predisposisi anak dalam suatu style of life yang salah. Ia menemukan tiga faktor penting :

Anak dengan inferioritas.
Spoiled children (anak manja)
Anak yang ditolak
Anak dengan kondisi fisik atau mental yang lemah akan memikul beban yang berat dan hampir-hampir memiliki perasaan inadekuat dalam menghadapi tuntutan hidup. Mereka berfikir bahwa dirinya akan selalu mengalami kegagalan-kegagalan, namun apabila mereka dapat mengerti, orang-orang tua mereka memberi semangat, maka mereka akan mengkompensasikan kekurangmampuan mereka dan merubah kelemahan menjadi suatu kekuatan. Banyak orang terkemuka memulai kehidupannya dengan kelemahan organis yang kemudian mereka mengkompensasikannya.

Adler selalu menekankan dengan sangat akan bahaya dari memanjakan, ia berfikir bahwa hal ini akan menimbulkan bencana bagi si anak. Anak yang dimanjakan tidak dapat mengembangkan perasaan sosial (social feeling), mereka akan menjadi penganiaya atau penjajah, yang mengharapkan masyarakat sesuai dengan keinginan pribadinya. Adler berpendapat bahwa mereka akan menjadi potensial, sebagai kelas yang sangat berbahaya dalam masyarakat.

Penolakan terhadap anak juga akan menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Perlakuan yang buruk pada masa anak-anak, pada masa dewasanya akan menjadi musuh masyarakat. Gaya hidup mereka didominasi oleh kebutuhan akan balas dendam. Ketiga kondisi ini, yaitu kelemahan organis, pemanjaan dan penolakan akan menghasilkan konsep yang salah pada dunia dan akan menghasilkan gaya hidup yang pathologis.

(Winanti Siwi Respati_rangkuman dari berbagai sumber).

Pergaulan Bebas

Pergaulan Bebas Kalangan Remaja, WASPADA!

Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.
Menurut Program Manajer Dkap PMI Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru menuju kota metropolitan, pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8) di ruang kerjanya.
Sejak berdirinya Dkap PMI tiga tahun lalu, kasus HIV dan hamil di luar nikah terus mengalami peningkatan. Setiap bulan ada 10-20 kasus. Mereka yang sebagian besar kalangan pelajar dan mahasiswa ini datang untuk melakukan konseling tanpa didampingi orang tua. ‘’Rata-rata mereka berusia 16-23. Bahkan ada yang berusia 14 tahun datang ke Dkap untuk konsultasi bahwa ia sudah hamil. Mereka yang melakukan konseling, ada datang sendiri, ada juga dengan pasangannya. Sebagian besar orang tua mereka tidak tahu,’’ ujarnya.
Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi. Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’ tuturnya. Ketua MUI Provinsi Riau Prof Dr H Mahdini MA mengatakan data yang ditemukan lebih banyak lagi anak-anak yang melakukan seks bebas. Maka diperlukan pencegahan. ‘’Saya meminta semua kalangan, baik para pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat agar memfungsikan tugas-tugas sosialnya,’’ pintanya.

Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya.
Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan. Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya.

Satuan Layanan

SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    Topik Layanan    : Pergaulan bebas
B.    Bidang Bimbingan    : Pribadi - Sosial
C.    Jenis layanan        : Bimbingan Kelompok
D.    Fungsi layanan    : Fungsi Pemahaman dan Pengembangan
E.    Tujuan layanan / hasil yang dicapai    :
1.    Agar peserta didik lebih memahami tentang pentingnya menjaga pergaulan
2.    Agar peserta didik lebih mengerti cara berkelompok dan bekerjasama yang baik
F.    Sasaran layanan    : Siswa kelas VIII H SMP N 14 Tegal
1.    Aulia Safitri
2.    Khaerun Nisa           
3.    Mardiana
4.    Nevi Dian
5.    Nur Indah Dwi L
6.    Nurul Hidayati
7.    Pertiwi R. Utami
8.    Riski Adelia
9.    Rusdya Endah O
10.    Tika Rizki A       
G.    Uraian Kegiatan :
No.    Kegiatan Praktikan    Kegiatan Peserta Didik
1    Mengucapkan salam    Menjawab salam
2    Menjelaskan tentang maksud dan tujuan pemberian layanan    Mendengarkan
3    Menyampaikan pengertian tentang bimbingan kelompok    Berdialog
4    Menjelaskan instruksi permainan    Melakukan permainan
5    Memberikan materi tentang pergaulan bebas    Menyimak
6    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya    Memberikan pendapat dan menanggapinya
7    Memberikan simpulan dan menutup salam    Mendengarkan
H.    Metode Pendekatan        : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
I.    Tempat penyelenggara    : Ruang kelas dan Halaman kelas VIII H
Waktu                : 30 menit
Hari dan Tanggal        : Jumat, 25 dan 26 Mei 2012
Semester            : Genap
J.    Penyelenggara Layanan    : Praktikan
K.    Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peranannya masing-masing    : Guru BK, Wali kelas dan Guru Mata Pelajaran
L.    Alat dan perlengkapan yang digunakan : Alat-alat tulis
M.    Catatan Khusus        : Siwa yang mempunyai masalah akan di tindak lanjuti oleh guru BK SMP N 14 Tegal
Mengetahui,                        Tegal,  Mei 2012
Guru BK,                        Praktikan,

______________                    Nur Indah Fitriani
NIP :                            NPM : 1110500107






LAPORAN
PELAKSANAAN EVALUASI
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A.    Topik                    : Pergaulan Bebas
B.    Spesifikasi Kegiatan            :
1.    Bidang Bimbingan        : Bimbingan Sosial
2.    Jenis layanan / pendukung    : Layanan Bimbingan Kelompok
3.    Fungsi layanan / pendukung    : Pemahaman dan Pengembangan
C.    Sasaran layanan / pendukung    : Siswa kelas VIII H SMP N 14 Tegsl
D.    Pelaksanaan layanan / pendukung
1.    Waktu / Jam            : Jumat,25-5-2012 / Jam 14.00WIB
2.    Tempat                : Ruang kelas dan halaman kelas VIII H SMP N 14 Tegal.
3.    Deskripsi dan komentar tentang pelaksanaan layanan / pendukung :
Siswa antusias dalam mengikuti layanan. Tahap pertama yaitu tahap pembentukan (praktikan menjelaskan tentang maksud dan tujuan, pengertian dan tata cara kegiatan), tahap peralihan (praktikan menjelaskan kegiatan tahap berikutnya), tahap kegiatan (praktikan menjelaskan tentang pengertian pergaulan bebas serta dampaknya), tahap pengakhiran (praktikan menyimpulkan hasil kegiatan dan manfaat dari kegiatan tersebut).
E.    Evaluasi (Penilaian)
1.    Penilaian Proses            :
Mengamati siswa selama kegiatan berlangsung dan mengamati keterlibatan siswa dalam kegiatan bimbingan kelompok.
2.    Penilaian Hasil            :
Menyimpulkan secara bersama-sama tentang pentingnya menjaga pergaulan.
3.    Tindak Lanjut            :
Memantau sejauh mana keterlibatan anggota kelompok dan pemahamannya tentang pergaulan bebas.
F.    Analisis hasil penilaian
1.    Cara-cara analisis
a. Observasi terhadap perilaku siswa selama kegiatan berlangsung.
b. Penilaian hasil, yaitu dengan menyimpulkan secara bersama-sama tentang pentingnya menjaga pergaulan.
2.    Deskripsi dan komentar tentang hasil analisis
Berdasarkan hasil observasi dapat dinilai, semua siswa merespon dengan baik dan antusias untuk mengikuti bimbingan kelompok.
G.    Tindak lanjut                : Sebagai tindak lanjut kegiatan di serahkan kepada Guru BKSMP N 14 tegal

Mengetahui,                        Tegal,  Mei 2012
Guru BK,                        Praktikan,

______________                    Nur Indah Fitriani
NIP :                            NPM : 1110500107